B. Hubungan Antara Aqidah,
Ibadah, Muamalah, dan Ahklak
Hubungan aqidah dengan akhlak
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup
yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup inidiperlukan manusia sebagai
pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman
hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas
manusia.
“Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak
“Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar terhadap
alam dan kehidupan, Karena akhlak tersarikan dari aqidah dan pancaran dirinya.
Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun
akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka
akhlaknya pun akan salah.
ilmu yang menjelaskan baik dan buruk,
menjelaskan yang seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut
dengan akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah
dan bisa menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan
dinilai baik apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan
dengan baik apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika
kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang
siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah
berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh
bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya. Pendidikan akhlak
yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus
diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka,
karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau
membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari allah
Jujur merupakan salah satu sifat manusia
yang berhubungan dengan aqidah. Jujur dapat terwujud apabila seseorang telah
memegang konsep-konsep yang berhubungan dengan aqidah. Dengan dijalankanya
konsep-konsep aqidah tersebut maka seseorang akan memiliki akhlak yang baik.
Sehingga orang akan takut dalam melakukan perbuatan dosa.
Hubungan
aqidah dengan ibadah
Akidah menempati posisi terpenting dalam
ajaran agama Islam. Ibarat sebuah bangunan, maka perlu adanya pondasi yang kuat
yang mampu menopang bangunan tersebut sehingga bangunan tersebut bisa berdiri
dengan kokoh. Demikianlah urgensi akidah dalam Islam, Akidah seseorang
merupakan pondasi utama yang menopang bangunan keislaman pada diri orang
tersebut. Apabila pondasinya tidak kuat maka bangunan yang berdiri diatasnya
pun akan mudah dirobohkan.
Selanjutnya Ibadah yang merupakan bentuk
realisasi keimanan seseorang, tidak akan dinilai benar apabila dilakukan atas
dasar akidah yang salah. Hal ini tidak lain karena tingkat keimanan seseorang
adalah sangat bergantung pada kuat tidaknya serta benar salahnya akidah yang
diyakini orang tersebut. Sehingga dalam diri seorang muslim antara akidah,
keimanan serta amal ibadah mempunyai keterkaitan yang sangat kuat antara
ketiganya.
Muslim apabila akidahnya telah kokoh maka
keimanannya akan semakin kuat, sehingga dalam pelaksanaan praktek ibadah tidak
akan terjerumus pada praktek ibadah yang salah. Sebaliknya apabila akidah
seseorang telah melenceng maka dalam praktek ibadahnya pun akan salah kaprah,
yang demikian inilah akan mengakibatkan lemahnya keimanan.
Pondasi aktifitas manusia itu tidak
selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk
memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari
seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka mendekatkan diri
kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.
Manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna, sejak kelahirnya telah dibekali dengan akal pikiran serta perasaan
(hati). Manusia dengan akal pikiran dan hatinya tersebut dapat membedakan mana
yang baik dan mana yang benar, dapat mempelajari bukti-bukti kekuasaan Allah,
sehingga dengannya dapat membawa diri mereka pada keyakinan akan
keberadaan-Nya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak
mengakui keberadaan Allah SWT. karena selain kedua bekal yang dimiliki oleh
mereka sejak lahir, Allah juga telah memberikan petunjuk berupa ajaran agama
yang didalamnya berisikan tuntunan serta tujuan dari hidup mereka di dunia.
Ibadah
mempunyai hubungan yang erat dengan aqidah. Antaranya :
- Ibadah
adalah hasil daripada aqidah yaitu keimanan terhadap Allah
sebenarnya yang telah membawa manusia untuk beribadat kepada Allah swt.
- Aqidah
adalah asas penerimaan ibadah yaitu tanpa aqidah perbuatan seseorang
manusia bagaimana baik pun tidak akan diterima oleh Allah swt.
- Aqidah
merupakan tenaga penggerak yang mendorong manusia melakukan ibadat serta
menghadapi segala cabaran dan rintangan.
Akidah adalah
merupakan pondasi utama kehidupan keislaman seseorang. Apabila pondasi utamanya
kuat, maka bangunan keimanan yang terealisasikan dalam bentuk amal ibadah orang
tersebut pun akan kuat pula.
Amal ibadah
tidak akan bisa benar tanpa dilandasi akidah yang benar. amal ibadah dinilai
benar apabila dilakukan hanya untuk Allah semata dengan ittiba’ Rasul
SAW.
Manusia diberi
bekali akal pikiran agar dengan akal pikiran tersebut mereka dapat membedakan
mana yang hak dan mana yang batil, mempelajari tanda-tanda kekuasaan Allah,
menganalisa hakikat kehidupannya sehingga dia tahu arah dan tujuan dirinya
diciptakan di dunia. Akal pikiran dan perasaan inilah yang membedakan manusia
dengan makhluk-makhluk lain. Oelh karena itu manusia dipercaya untuk menjadi khalifah
Allah di Bumi.
Hubungan
aqidah dengan muamalah
Pola pikir, tindakan dan
gagasan umat Islam hendaknya selalu bersendikan
pada aqidah
Islamiyah. Ungkapan “buah dari aqidah yang benar (Iman) tidak lain adalah amal
sholeh” harus menjadi spirit dan etos ummat Islam. Pribadi yang mengaku muslim
mestinya selalu menebar amal shalih sebagai implementasi
keimanannya di manapun mereka berada. Tidak kurang 60 ayat Al Qur’an
menerangkan korelasi antara keimanan yang benar dengan amal sholeh ini.
Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa perintah beriman kepada Allah dan hari
akhir selalu diikuti dengan perintah untuk melaksanakan amal shalih. Inilah
makna operatif dari ungkapan “al-Islamu
‘aqidatun wa jihaadun”, bahwa kebenaran Islam itu harus diyakini sekaligus
juga diperjuangkan pengamalannya secara sungguh-sungguh dalam konteks
kemaslahatan dan bebas dari perilaku teror.
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah
telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan
sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur
itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang
mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik
apabila telah memiliki dampak sosial yang baik. Untuk dapat mewujudkan aqidah
yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik, maka
diperlukan suatu adanya
Aqidah adalah pondasi keber-Islaman yang
tak terpisahkan dari ajaran Islam yang lain: akhlaq,
ibadah dan Muamalat. Aqidah yang kuat akan mengantarkan ibadah yang benar,
akhlaq yang terpuji dan
muamalat yang membawa maslahat. Selain sebagai pondasi, hubungan antara aqidah
dengan pokok-pokok ajaran Islam yang lain bisa juga bersifat resiprokal dan
simbiosis. Artinya, ketaatan menuanaikan ibadah, berakhlaq karimah, dan
bermuamalah yang baik akan memelihara aqidah.
Dengan kata lain, ibadah adalah
pelembagaan aqidah dalam konteks hubungan antara makhkluq dengan Khaliq; akhlaq
merupakan buah dari aqidah dalam kehidupan yang etis dan egaliter; dan muamalah
sebagai implementasi aqidah dalam masyarakat yang bermartabahat dan menebar
maslahat. Karena itu, agar aqidah tumbuh dan berkembang, aqidah harus operatif
dan fungsional. Amal usaha atau unit pelayanan umat seperti Panti sosial dan
anak yatim, lembaga pendidikan dan pondok pesantren, balai pengobatan dan rumah
sakit, lembaga pengumpul dan penyalur zakat serta lembaga-lembaga sosial
keagamaan lainnya meminjam istilah M. Amin Abdullah, merupakan bentuk faith
in action, buah keimanan yang aktif dan salah satu bentuk penjelmaan
‘tauhid sosial’. Sayanya, tidak sedikit buah faith in action tersebut
yang terjebak pada berbagai kepentingan mulai dari ekonomi hingga politik.
Agar tetap kokoh dan kuat serta menjadi
penyangga seluruh sendi keber-Islaman, aqidah harus dijaga, dipelihara dan
dipupuk sehingga bisa hidup subur dalam pribadi setiap Muslim. Pentingnya
memelihara aqidah ini juga tersirat dalam Sirrah Nabawiyah. Saat
membangun masyarakat Islam di Makkah dan Madidah selama 23 tahun Rasulullah
Muhammad SAW tidak kenal lelah membina aqidah umatnya. Mengingat pentingnya
aqidah ini bisa dimengerti bila setiap surat dalam Al Quran mengandung
pokok-pokok ajaran keimanan.
Di tengah pasar bebas nilai dan ideologi
saat ini, upaya merevitalisasi aqidah serasa memperoleh momentum. Mudah
tergiurnya sebagian umat pada faham atau aliran-aliran yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam merupakan efek dari lemahnya aqidah mereka.